Apabila anda flashback ke medio 1950-1951, lihatlah jajaran kabinet Natsir ( 6 September 1950-27 April 1951), tentu anda akan menemukan sosok penemu yang satu ini. Menjabat selaku Menteri PU RI. Namanya Herman Johannes. Atau jika anda adalah orang yang kuliah Universitas Gajag Mada sekitar tahun 1961 hingga 1966, mungkin pernah mengenalnya. Masih belum tahu?Baiklah tidak apa-apa. Saya akan mengenalkannya.
Herman Johannes lahir di Rote, NTT tanggal 28 Mei 1912. Ia adalah cendekiawan, politikus, ilmuan, dan penemu. Selain itu, pria tokoh Kristen dari Partai Indonesia Raya ini pernah memperroleh Bintang Gerilya pada 1958. Ia pernah menjabat sebagai Mentri PU (1950-1951), Rektor UGM (1961-1966), Koordinator Perguruan Tinggi (1966-1979), dan Anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) RI (1968-1978).
Kisah penemuan ramah lingkungan berawal pada 1980. Saat itu, Herman sedang getol mencari sumber energi alternatif pengganti mnyak. Pada 1979, ia pernah menemukan bahan bakar dari alang-alang yang dapat menghasilkan alkohol berupa metanol (metanol merupakan alkohol paling sederhana). Akan tetapi, ia tersandung dengan teknologi yang dimiliki oleh Indonesia. Terdapat dua tahap dalam pembuatan minyak tersebut. Tahap pertama adalah isolasi (pemurnian) alkohol dari alang-alang. Proses ini cukup mudah. Tahap kedua adalah sintesis (pembuatan) bensin dari alkohol. Nah, tahap kedua ini yang sulit.
Daripada terlalu lama memikirkan sesuatu yang belum pasti, maka limbah organik menjadi penganntinya. Potongan kayu, daun, batang jagung, dan enceng gondok dikumpulkan Herman. Setelah dikumpulkan dilakukan tahapan pirolisis (pembakaran tanpa adanya oksigen) di dalam drum tertutup dengan sedikit lubang untuk mengeluarkan asap.
Apabila asap sudah hitam legam, maka tandanya bahan-bahan tadi sudah berubah menjadi arang yang disebut karbon atau bioarang. Selanjutnya bioarang ini ditumbuk dan dipadatkan berdasarkan cetakannya dan siap untuv digunakan. Keunggulan bioarang ini adalah tidak dihasilkannya asap. Penemuan ini sangat berguna karena untuk meminimalisasi penggunaan kayu hutan untuk arang. Jadi, sangat ramah lingkungan.
Herman sangat berjasa bagi perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. Herman menghembuskan nafas terakhirnya pada tahun 1992 saat berusia 79 tahun.
Sumber : 30 Tokoh Penemu Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar